Membaca Buku Maka Jendela Dunia Akan Terbuka
Peran buku akan terasa mulai dari individu, keluarga, masyarakat dan negara
Membaca Buku Maka Jendela Dunia Akan Terbuka – Pemerintah telah mencanangkan bulan buku nasional yaitu pada bulan Mei 2010, serta pada bulan september 2010 sebagai bulan gemar membaca. Hal ini diharapkan terjaganya kesinambungan dalam upaya menuju masyarakat dan keluarga indonesia yang gemar belajar dan membaca atau. Ini merupakan salah satu bentuk mencerdaskan kehidupan bangsa.
Buku merupakan sebuah karya inteletual dengan penuh pemikiran dan memiliki nilai kultural, memiliki keunggulan yang spesifik sesuai dengan judul, isi dan pengetahuan didalamnya. Buku adalah bentuk fisik dimana buku terhimpun secara selektif dan sistematis yang merupakan hasil pemikiran terbaik dan pengalaman manusia masa lampau maupun masa kini. Hal tersebut menjadikan para ahli mengatakan bahwa buku merupakan alat komunikasi dan alat pendidikan barjangka panjang serta mungkin yang paling berpengaruh bagi perkembangan kebudayaan manusia.
Tokoh proklamator Republik Indonesia Almarhum Bung Hatta mengatakan bahwa “buku turut membentuk watak bangsa”. Semakin berkembangnya suatu bangsa, semakin terasa tantangan dalam kehidupan. Sudah menjadi pendapat umum bahwa di kehidupan masyarakat di masa depan yang lebih baik akan lebih mudah diraih oleh manusia yang berkualitas. Menuju generasi yang berbobot berhubungan erat dengan pengembangan pengetahuan, wawasan berpikir serta ketahanan mental. Sehingga dengan demikian buku adalah wahana untuk memperluas wawasan berpikir sejak dari lingkungan terkecil yang menentukan arah perjalanan hidup manusia yakni lingkup keluarga.
Buku sangat sangat penting peranannya sebagai alat pendidikan untuk memperluas wawasan berpikir setiap individu. Dikarenakan setiap lembaga pendidikan manapun dalam mendidik memiliki batas waktu dan batas kurikulumnya. Sehingga perlunya pembiasaan belajar mandiri yang sesuai dengan tuntutan nyata di masyarakat saat ini yang semakin berkembang. Wawasan berpikir dapat dilihat sebagai variabel yang tersendiri di luar pelaksanaan pendidikan yang berhasil diselesaikan oleh seseorang pada waktu tertentu.
Pada kenyataanya sering membuktikan bahwa tidak sedikit yang sudah mengenyam pendidikan tinggi tetapi ilmunya susah untuk berkembang, bahkan tertinggal dikarenakan tidak memiliki budaya membaca efektif dan tidak dekat dengan buku sebagai media terdepan dan terpercaya akan ilmu pengetahuan. Tetapi sebaliknya banyak yang sukses dibidang tertentu hasil dengan cara otodidak yaitu semata-mata karena giat menuntut ilmu melalui “bacaan” bukan karena pendidikan formal yang melebihi orang lain.
Sebuah riset yang dilakukan Dr. Benjamin Bloom dari Universitas Chicago, menunjukan bahwa 50 % intelektual muda di amerika serikat, adalah mereka yang aktif mengasah otaknya dengan membaca sebelum memasuki sekolah sekitar umur 4 tahun. Artinya bahwa temuan Dr. Bloom memusatkan perhatiannya bahwa pentingnya pendidikan dan psikologi pada usia dini di lingkungan keluarga.
Disini ternyata peran buku menjadi amat strategis jika dikaitkan dengan pembudayaan di dalam keluarga yang merupakan titik tolak pembentukan kehidupan seseorang. Dalam sebuah keluarga perlu banyak belajar antara lain belajar melalui buku-buku yang relevan dan menunjang, agar kegagalan dan kekeliruan dalam menyelenggarakan fungsi kehidupan keluarga maupun kesalahan dalam mendidik dan mengasuh anak sejauh mungkin dapat dihindari. Sudah bukan masanya lagi pembinaan nilai kehidupan dalam keluarga berlangsung menurut “apa adanya” saja tanpa dasar dan referensi atau sumber pengetahuan.
Budaya buku diakui oleh semua kalangan, memang syarat mutlak bagi kemajuan individu, keluarga bahkan kemajuan suatu bangsa. Begitupula dengan perantaraan buku terjalinlah komunikasi antar generasi dalam rangka pelestarian idealisme dan kemajuan suatu bangsa. Lewat buku maka jendela dunia akan terbuka, ilmu pengetahuan semakin maju dan berkembang, peran buku akan terasa mulai dari individu, keluarga, masyarakat dan negara.
0 Comments