Sudahkah kita membaca hari Ini ?
Pernahkah kita menyadari dan menghitung berapa sering kita membaca dalam seminggu? 1x, 5x, tidak ingat? Baca kok, timeline orang-orang di facebook. Saya baca juga kok, semua berita tentang peristiwa kemarin di negara kita, dan peristiwa lainnya. Apapun bacaan kita setiap harinya, semoga itu membuka wawasan kita akan sesuatu. Menjadikan kita makhluk yang berpikir dan selalu bersyukur.
IQRA (BACA) adalah surat/wahyu yang pertama kali diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW. Saat itu malaikat Jibril mengatakan “Iqra, Iqra!”. Rosul sangat ketakutan dan bergetar karena didatangi suatu sosok yang belum pernah ia jumpai sebelumnya. Memaksanya untuk membaca, padahal ia buta huruf dan tak bisa membaca. “Aku tak bisa membaca, aku tak bisa.” Jibril kemudian melanjutkan membaca ayat tersebut hingga tuntas dan membiarkan Muhammad pusing tujuh keliling memikirkan maksudnya. Karena kita adalah makhluk yang berpikir, apalagi orang pilihan seperti Beliau. Meski Ia buta huruf, pikirannya sangat jernih. Ia menangkap, baca yang dimaksud bisa banyak hal. Manusia seharusnya bisa membaca sekelilingnya. Tanda-tanda kebesaran Tuhan.
Manusia harusnya bisa membaca situasi, yang membuat kita peka akan sekitar suatu kondisi. Kalau mendung, yah siap payung. Kalau macet, yah cari jalan alternatif. Jangan jadi orang yang pasrah akan keadaan. Jangan ikutin aliran “Going where the wind blow”. Cukup Mr. Big aja yang nyanyi itu. Kita juga harus bisa membaca karakter seseorang. Hal itu membuat kita bisa diterima dimanapun dan masalah yang seharusnya ada bisa dihindari.
Pernahkah kita membaca sekeliling kita? Memandang ke langit, betapa luasnya alam jagat raya ini? Dulu nenek moyang kita berangan-angan bisa terbang seperti burung, melayang di atas awan. Sekarang itu sudah mainan sehari-hari. Orang pergi ke bulan serasa tamasya. Segala penemuan, ciptaan, dan segala hal yang ada saat ini berdasarkan kebutuhan. Bagaimana impian Thomas Alva Edison untuk melihat dunia yang lebih terang. Siang dan malam. Bagaimana Nabi Idris meciptakan baju agar manusia tak lagi kedinginan dan hingga sekarang kita tak lagi telanjang. Bagaimana Nadiem melihat kebutuhan Jakarta untuk menghindari macet dan menaikan taraf hidup tukang ojek, terciptalah Go-Jek. Intinya manusia memang dibekali akal untuk mampu keluar dari kesulitan yang ada. Manusia adalah seorang petarung sejati.
Mereka yang mampu membaca segala hal, tak akan pernah puas dengan apa yang telah dicapai. Mereka yang memiliki tujuan jelas apalagi bila memang itu untuk kesejahteraan umat, tak akan pernah menyerah dengan apa yang telah diusahakannya. Beda halnya bila tujuannya hanya untuk materi semata. Berapa banyak startup yang gulung tikar karena tak memiliki visi yang jelas. Berapa banyak investor merugi hanya untuk mengejar profit sharing saja.
Seandainya kita kembali ke jaman peradaban dahulu kala. Dimana para cendikiawan berkumpul di pusat peradaban dunia, Cordoba. Penasaran kah kita apa yang mereka bahas kala itu? Apakah mereka membahas kompetitor, saham, atau target market seperti apa? Saya rasa tidak. Saya yakin yang mereka bahas adalah idealisme, penemuan-penemuan yang bisa mensejahterakan dan membantu umat manusia, kerjasama, dan ilmu-ilmu pengetahuan lainnya.
Kemajuan teknologi diiringi kemerosotan peradaban. Kita tak lagi mampu membaca. Kita tak lagi mampu melihat. Bayangkan kita berada di dunia yang terang namun penghuninya buta. Jadi, kita jernihkan kembali semua indera kita. Bacalah apa yang ada di sekitar kita. Menjadi manusia yang beradab dan berwawasan luas. Untuk para start up, penemu dan pencipta. Beruntunglah kalian yang diberkati kesempatan, dana dan pemikiran yang brilian. Semoga yang kalian ciptakan tak sia-sia dan yang paling penting membuat dunia ini menjadi tempat yang lebih baik.
0 Comments